Kurcaci Keramik

Kurcaci Keramik sedang flu. "Hattchiuu... hattchiuu!" Kepalanya pun agak pusing. Namun ia harus tetap kerja. Sebab ia harus membetulkan guci retak milik Ratu Fatimah.

Ketika sedang mengolesi lem di bagian yang retak... "Hattchiuuu..." PRAANG! Oh, gucinya jatuh dan pecah

berkeping-keping. Lem keramik pun belepotan di tangan kurcaci Keramik.


"Oh, gawat! Bagaimana ini?" keluh Kurcaci Keramik. la segera pergi ke sungai untuk mencuci tangannya. Namun, di tengah jalan ia menemukan tongkat wasiat Nirmala.


Kurcaci Keramik segera memungutnya. "Mengapa bisa ada di sini?" pikirnya bingung. Tiba-tiba terdengar suara Nirmala, "Oh, untung kau menemukannya! Tadi terjatuh!"


Akan tetapi, ketika Kurcaci Keramik menyerahkannya ke Nirmala... "Ugh! Ugh!" Wah, tongkat itu menempel di tangannya. Ya, sebab tadi tangannya belepotan lem keramik!


"Hattchiuu! Hattchiuu!" Weis, Kurcaci Keramik mulai bersinbersin lagi. Tongkat wasiat terayun tanpa sengaja. Pohonpohon di sekitarnya pun tumbang. "Awaas!" seru Nirmala.


Ketika Kurcaci Keramik bersin lagi, tongkat wasiat kembali ter-ayun. Nirmala cepat-cepat berseru, "Sim salabim!" Tongkat pun terlepas dari tangan Kurcaci Keramik. Leganya Nirmala


"Sim salabim!" ia menyulap hingga pohon-pohon tegak kembali. Juga menyulap hingga guci Ratu Fatimah utuh kembali. "Terima kasih, Nir. Hattchiuu!" senangnya Kurcaci Keramik.(Cerita: Vanda Parengkuan/Dok. Bobo; Ilustrasi: Iwan Darmawan/ Dok. Bobo)